Kalau kalian perhatikan, dunia terus berubah.
Saya masih ingat saat kecil, orangtua saya berpesan, “Belajar yang rajin ya, biar nanti bisa naik kelas”.
Setelah naik kelas, ternyata tidak cukup sampai disana.
“Belajar yang rajin ya, biar nilainya bagus, nanti diterima di sekolah yang bagus.”
atau, “Sekolah di sekolah A bagus loh, nanti setelah lulus kamu pasti langsung dapat kerja.”
Saya yang waktu itu masih belum terlalu mengerti sih iya-iya aja dikasih tau gitu dan saya juga sejak kecil memang tidak pernah kesulitan belajar, ya kecuali matematika. Hehe
Setelah besar, setelah kuliah, setelah bekerja. Saya tidak lagi memiliki pemikiran yang sama. Pertanyaan saya setiap hari hanya, “Mengapa kita harus bekerja?”
Banyak yang menganggap saya aneh, yaiyalah mesti kerja, emangnya uang datang dari langit? Kita pipis aja bayar Rp 2.000,- padahal urine kita diambil.
Kita potong rambut aja bayar Rp 50.000,- padahal rambut kita diambil. Ya kan?
Banyak orang yang selow aja mengikuti keadaan disekitar, “yaudah gue kerja aja sih, kan hidup emang gitu, lahir, sekolah, kerja, nikah, punya anak, dan seterusnya.” So basic.
Saya bukan penentang siklus standar tersebut, saya hanya seringkali bertanya dalam diri, “mengapa harus begitu?”
Kenapa kita seakan harus bersikap iya-iya aja terhadap sistem kehidupan?
Saya yakin beberapa orang dari kita pernah berpikir seperti ini:
Dulu, travelling hanya untuk orang yang punya uang, harga tiket mahal, banyak orang bekerja di bandara, bekerja di travel agen untuk menjual tiket pesawat dan lain-lain.
Tapi sekarang, harga tiket pesawat lebih terjangkau, bisa beli online kapanpun dimanapun, tanpa harus bermacet-macet ria ke tempat jualan tiket pesawat dan sampai sana ternyata ngga ada seat kosong.
Ngga hanya itu, sekarang ngurus check in di bandarapun bisa sendiri, yang berarti peran manusia yang menangani hal-hal receh seperti administrasi itu sedikit demi sedikit akan tergantikan oleh sistem, oleh robot.
Ngga percaya? Coba search self servicenya terminal 4 di Changi Airport Singapore yang bikin saya kepikiran banyak manusia akan kehilangan pekerjaan dan beranjak buat nulis artikel ini.
Yha, saya emang serandom itu. Habis baca tentang terminal di Changi langsung nulis beginian.